Cr: Pixabay tapi aku yang gabungin dan nambahin tanda plusnya
|
Buka pintu, deh, kalau nggak
jendela. Coba keluar, terus hirup air hujannya udaranya, bau tanah. Kata orang-orang
kalau bau tanah mengingatkan kita pada kematian. Nah loh, ada manfaatnya juga
kan. Pas balik lagi ke dalam rumah langsung buru-buru ambil wudhu terus sholat,
karena pikirmu nggak ada yang tau, kan, kalau setelah hujannya reda ternyata
kamu ketiban percikan magma dari gunung Lawu yang tiba-tiba meletus.
Beres sholat, kamu ambil buku
terus duduk di depan pintu. Ternyata setelah ditunggu lama nggak ada, tuh,
panas-panas dikepala. Tahu-tahu prediksimu salah, gunung Lawu menunda dulu buat
meletus. Kamu lanjut baca buku diiringi semilir-semilir angin hujan. Untung nggak
ada petir atau halilintar, mungkin masih shooting
prank terbaru(?) jadi kamu bisa lanjut baca. Biasanya kalau baca selalu buka playlist suara hujan, kan? Nah, kali ini
kamu nggak perlu lagi buang-buang kuota buat streaming ‘suara hujan yang menenangkan yang cocok sebagai
pengiring ketika membaca buku’. Eh, nggak disangka-sangka kamu sampai di halaman
terakhir bukumu.
Kamu tutup buku terus masuk ke
dalam.
“kamu mau ngapain
lagi?”
“nggak tau,
gimana kalau tidur?”
“Ew, kamu bau mi
ayam, memangnya nggak sayang duit?
“hubungannya apa,
deh?”
“coba cium bauku
dulu”
“oh iya, kamu
masih wangi, aku mandi dulu aja, ya?”
Tanpa sadar kamu
baru saja berinteraksi batin dengan sprei kasurmu, yang baru di laundry lusa
kemarin pakai paket sehari jadi. Setelah mandi ternyata kamu mengantuk lagi,
terus kamu tarik selimut nggak lama kemudian tidur. Beberapa saat kemudian kamu
merasa sangat silau lalu buka mata dan ternyata listriknya sudah nyala. Kamu buru-buru
isi ulang daya hp-mu, menunggu semenit sampai nyala lalu bikin status “alhamdulillah
nyala gaes”.
Comments
Post a Comment